Cari Blog Ini

Kamis, 28 April 2011

Linggih Warga Bendesa Gerih






Adapun masalah sebutan dan nama warga Bendesa Gerih, kadang-kadang menimbulkan banyak permasalahan maka perlu kiranya diberikan beberapa penjelasan agar Warga Bendesa Gerih dimanapun berada memiliki satu pengertian yang utuh dan seragam. Nama ini muncul pada saat Warga bertanya kepada “Paranormal”. Ada nama yang pas menurut mereka, ada pula yang samar-samar, serta ada yang baru ditelinga mereka. Sedangkan nama yang di “wariskan” oleh para leluhur mereka “beda” dengan sebutan sekarang. Sehingga para sentana menjadi bingung. Banyak yang datang ke Prajuru Warga Pusat. Tak sedikit yang menterjemahkan pindah ke Warga lain. Dan akhirnya “kesakitan”, gering lalu meninggal. Ke “balian” (paranormal) lagi, dan mendapat “pewuwus” Bendesa Gerih. Barulah mereka menemukan setelah “kejadian” serupa.
Adapun Sebutan yang sering “muncul” tidak pas benar, untuk hal tersebut dipaparkan beberapa “nama” sebagai berikut:

a. MENESHA GERIH
Nama Warga ini sering dipakai oleh Warga di Era Tahun Empat Puluhan. Nama ini cukup termasyur ketika itu di masyarakat Bali. Ketika itu para Pengelingsir Warga mencari istilah yang sebenarnya. Pada tanggal 21 Pebruari 1954 mengadakan konsultasi dengan Pengelingsir Warga Tangkas di Klungkung. Beliau adalah Jro Nyoman Likub. Dapat penjelasan bahwa
 Menesha Gerih adalah keturunan langsung dari sira pakulun Pangeran Sukahet keturunan Pangeran Tangkas dengan I Gusti Ayu Manik Mas. I Gusti Ayu Manik Mas salah seoarang putri dari keturunan Puri dari Bebandem Karangasem (Permaisuri kesayangan dari Ida Dalem Sagening). Tepatnya Putri dari Puri Sukahet (Buletin dari Gedong Kertya Tahun 1951, Babad Bendesa Gerih) Dan Babad I Gusti Ngurah Mambal di Jro Ngurah Sibangkaja)


b. BENDESA TANGKAS KORI AGUNG
Setelah mendapat penjelasan dari Jro Nyoman Likub, maka Pengelingsir Warga yang terdiri dari : (1) I Gde Tunas, (2) I Gde Tangkas , (3) I Made Mawa, atas petunjuk Jro agar menanyakan langsung ke Puri Agung Klungkung. Maka bertiga tangkil ke Puri yang diantar langsung oleh Jro 4 Mei 1954. Dan mendapat penjelasan dari Puri. Bahwa keturunan Pengeran Tangkas yang ke Badung (Gerih), adalah putra yang berasal dari bobot Dalem yang diberikan kepada Pangeran Tangkas, yang diberi nama ketika dibesarkan di Puri Pangeran Sukahet.
 Pangeran Sukahet inilah yang ke Badung (Gerih) bersama I Gusti Ngurah Mambal. Penjelasan Beliau Anak Agung Gede Agung ketika itu, keturunan Pangeran Sukahet inilah yang disebut Bendesa Tangkas Kori Agung yang berpusat di Gerih. Bendesa artinya “bandadesa”(desaningdesa, Bendesa Gerih), Tangkas mengambil garis keturunan Tangkas karena dibesarkan oleh Pangeran Tangkas, Kori Agung artinya “kawori” (berasal dari warih Puri anake Agung). Menurut Beliau keturunan Pangeran Sukahet mengambil garis keturunan “Bendesa Tangkas Kori Agung” karena berpusat di Gerih maka lengkapnya “Bendesa Tangkas Kori Agung Pusat Gerih” dan seterusnya di samping sebutan “Bendesa Gerih” mengingat tugas beliau sebagai Regend di Tegal Lumbung, Sisilah Ki Gusti Gede Bendesa yang diterbitkan di Leiden diberikan Oleh Guru Besar Robert Howard ,Universitas Belgia).


c. Bendesa Manik Mas di Gerih
Berdasarkan Prasasti Bendesa Tangkas Kori Agung, koleksi Lembaga Penelitian Bahasa Singaraja (Ibid,Ip.26), …”bahwa keturunan I Gusti Ayu Manik Mas bersabda kepada putranya Ki Pangeran Sukahet, ketika panit kepada beliau akan mengemban tugas ke tepi siring kerajaan Klungkung, beliau berpesan “Uduh anak mami kita, tan pepada olas arepkuring sira, nging tan napa, apan pakon nira Sang Amawang rat, wenang ta sira megawe preker sining gumi. Maka pala anemu kasubagian ta muang keturunan ta kawekas-wekas. Mapan mangkana maka palining dadi. Kewala ana piteketku lawan kita, yen ana keturunanta ta kayan kawekas-wekas apanga nganggo aran Bendesa Manik Mas. Mapan ibu ingaran Manik Mas, apang prasida nglun, anglelingin se preti santanan ri wus amoring sadioh…” (Ibid,LP.26) Berdasarkan kutipan di atas selain nama keturunan di atas agar memakai tereh,
 Bendesa Manik Mas. Hal ini sering terjadi ketika warga “nunas bawaos di Baspipis” muncul nama keturunan ini. Sehingga para preti sentanan Bendesa Gerih pindah ke Bendesa Manik Mas Gianyar. Apa yang terjadi kemudian, mereka datang lagi karena kesakitan setelah 3 samapi 5 tahun berada “disitu”.



d.Bendesa Gerih
Ketika melaksanakan perintah Dalem agar I Gusti Ngurah Mambal dan I Gusti Pangeran Sukahet melaksanakan tugas pengamanan di perbatasan Kerajaan Mengwi,berpisahlah beliau berdua .I Gusti Ngurah Mambal menetap di Mambal,dan I Gusti Pangeran Sukahet menetap di pradesa Grih ( Prasasti Bendesa Gerih, Tahun iCaka 1181,oleh I Gusti Pangeran Sukahet menitahkan melalui putra sulungnya Si Gede Duara,agar seluruh keturunannya menggunakan Bendesa Gerih untuk selamanya ).Berdasarkan prasasti itu,maka seluruh keturunan  I Gusti Pangeran Sukahet menggunakan nama Warga Bendesa Gerih.

Demikianlah sekelumit tulisan ini ditujukan kepada para Preti Sentana Sira Ki Gusti Gde Bendesa, yang berpusat di Gerih. Sekarang ini Warga Bendesa Gerih = Bendesa Tangkas Kori Agung Pusat Gerih = Bendesa Manik Mas di Gerih berjumlah 2500 Pemerajan/Sepaon (artinya di Desa Tegal Lenga Buleleng 1 pamerajan+254 KK )bagaimana di tempat lain.Kalau jumlah KK nya sudah melebihi 586.435 kk, dan tersebar di seluruh pelosok desa di Bali.
Sebagai Keturunan karena diakui sebagai anak Arya Tangkas,apabila semeton Warga mengadakan upacara Piodalan Pedudusan Alit (minimal) harus nunas tirta ke Pura Tangkas di Kungkung. Minimal 3 tahun sekali tangkil ke Pura Tangkas Klungkung,dan bukan wajib sebagai layaknya Pura Kawitan Bendesa Gerih dan tidak perlu ngaturang bendu piduka  karena itu salah satu leluhur kita.
Pura Pedarman warga Bendesa Gerih berpusat di Pura Agung Batu Madeg
Dan Pura Kayangan Jagat yang wajib dikunjungi :

1. Pura Pedarman Arya Kanuruhan, Komplek Pura Besakih
2. Pura Luhur Lempuyang Madya
4. Pura Silayukti     
                                                                                                                  (Perputakaan Kibendesa )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tri Hita Karana, tiga hal pokok penyebab kita hidup berbahagia.