Cari Blog Ini

Sabtu, 07 Mei 2011

Terjemahan BABAD KI BENDESA GERIH


Pujaan hamba yang pertama kali tertuju pada beliau yang sudah mencapai kelepasan (Moksa,ngilen).Dan lagi kepaaaaaada Bhatara yang sudah diresapi oleh kebenaran,kesadaran kebahagiaan
Seperti halnya terutama beliau Bhatara Kawitan yang dengan senang hati menganugrahi dan maafkanlah hamba,semoga tiada halangan,seluruh keturunan  Ki Bendesa Gerih,inilah nasehat atau Bisama Bendesa Gerih

Pada masa pemerintahan Dalem Segening di Swecapura ,disebutlah bahwa I Gusti Agung Pangeran Tangkas dinobatkan sebagai mahapatih dan pemuka pemerintahan.

Pada kala itu Ida Dalem menyelenggarakan upacara yadnya Pujawali Krama di Besakih,upacara yadnya itu adalah Eka Dasa Ludra.Ida Dalem Segening bersama keluarga keraton ketika itu menetap di Besakih,karena mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan yadnya.Entah berapa bulan lamanya.

Untuk mengisi kekosongan pemerintahan di Swecapura,Ida Dalem memerintahkan dan menunjuk I Gusti Agung Pangeran Tangkas menjalankan pemerintahan sebagaimana mestinya,dan sebelumnya Ida Dalem berkenan memberikan petunjuk-petunjuk bagaimana menjalankan pemerintahan supaya aman.Sebagai kepala keamanan Puri Swecapura meliau menugaskan Ki Mekel Gebagan sebagai pembantu I Gusti Agung Pangeran Tangkas.Selama beliau menjabat sebagai kepala pemerintahan,ketika itu wilayah kerajaan menjadi aman,karena beliau melaksanakan apa yang telah dititahkan oleh Ida Dalem,di samping beliau juga memadukan apa yang telah dilaksanakan dan menjadikan kebijaksanaan raja-raja terdahulu.
 Tiada diceritakan berapa lama Ida Dalem Segening menyelenggarakan upacara yadnya, maka selesailah sudah rangkaian upacara yadnya di Pura Besakih.Ida Dalem kembali menuju keraton Puri Swecapura. Setibanya beliau di Balai pertemuan,alangkah girang hati beliau,dengan tersenyum gembira manakala melihat suasana Keraton dalam keadaan aman serta tiada bedanya ketika beliau meninggalkan kerajaan terdahulu.
Diceritakan setelah Ida Dalem kembali ke Swecapura,maka I Gusti Agung Pangeran Tangkas menyerahkan kembali tampuk pemerintahan kepada Ida Dalem dan I Gusti Agung Pangeran Tangkas kembali menjabat sebagai patih dan beliaupun pulang ke karang Kepatihan untuk melaksanakan tugas sebagaimana biasa. Sekembalinya ki Pangeran Tangkas ke Karang Kepatihan,dijadikan kesempatan baik oleh Ki Mekel Gebagan yang selama ini ditugaskan sebagai kepala keamanan bersama teman-temannya mengadakan pesta pora dengan disertai mabuk-mabukan.Prilakunya ini menyebabkan Ida Dalem Segening amat murka,karena melalaikan tugas dan kewajiban seeperti yang dititahkan,akibat prilakunya ini ia patut dikenai danda pati.
Atas kebijaksanaan para pejabat keraton,akibat perbuatan Ki Mekel Gebagan yang menyebabkan wilayah keraton kurang aman,maka ia dijatuhi hukuman mati. Agar hukuman mati ini tidak menggemparkan maka Ida Dalem mengutus Ki Mekel Gebagan untuk menyampaikan swalapatra kehadaapan Ki Patih Pangeran Tangkas,dengan membungkus surat bertuliskan ajuawera atau sangat rahasia.Adapun bunyi surat ,” pa – pa – nin – nga – tu – se – li – ba – ne – te –tihyang artinya  orang yang menyerahkan surat ini agar dihukum mati oleh Pangeran Tangkas  karena sangat besar dosanya.
Orang yang diutus itu adalah Mekel Gebagan, dengan senang hati ia melaksanakan titah Ida Dalem.Sebagai abdi Dalem ia mohon pamit dengan langkah panjang menuju Karang Kepatihan.Tidak diceritakan dalam perjalanan.
Diceritakan I Gusti Agung Pangeran Tangkas sekembalinya dari Swecapura,beliau bertempat tinggal di Puri Kertalangu menggantikan I Gusti Pinatih yang kala itu sudah pergi karena dikalahkan oleh Bekis.
Dikisahkan selama I Gusti Agung Pangeran Tangkas memerintah beliau dianugrahi seorang putra yang lahir dari keturunan Arya Kanuruhan diberi nama I Gusti Tangkas Dimade,dan juga bergelah Ki Lukung Sakti.
Dalam pemerintaha beliau I Gusti Agung Pangeran Tangkas negeri dalam keadaan aman sentosa.beliau sangat masyur dalam olah tata praja, serta dicintai oleh masyarakat dan keluarganya.
Dikisahkan kembali orang yang melaksanakan titah Dalem, dialah Ki Mekel Gebagan.Tidak dikisahkan bagaimana perjalanannya sejak meninggalkan Keraton.Kini telah memasuki wilayah Kepatihan Kertalangu, perjalanannya sampai pada tujuan karena adanya petunjuk dari seorang Brahmana,ketika Brahmana itu menanyakan akan tujuan perjalanannya.
Utusan itu menjawab bahwa ia sedang melaksanakan titah Dalem Segening untuk menyampaikan sepucuk surat kehadapan beliau I Gusti Agung Pangeran Tangkas. Karena keingintahuan Sang Brahmana tentang maksud surat, maka diminta surat itu, kemudian dibacanya. Beliau sangat memahami isi surat itu,maka atas petunjuk Sang Brahmana, Ki Mekel Gebagan disuruh menunggu waktu yang tepat,yaitu pada saat tengah hari barulah surat itu boleh diserahkan kepada Pangeran Tangkas.Demikianlah hasil keputusan perundingan kedua orang itu.
Sebagaimana di Karang Kepatihan,Pangeran Tangkas istirahat setelah melaksanakan tugas sebagai maha patih. Beliau tertidur nyenyak di pamereman.Sedangkan putra beliau yang bernama I Gusti Tangkas Di Made,sejak muda remaja tumbuh menjadi seorang pemuda yang tampan dan kuat,yang memiliki kegemaran menyabung ayam, kala itu beliau duduk di Balai Peninjauan sambil mengelus-elus ayam kurungannya.
Tiba-tiba datanglah Ki Mekel Gebagan dengan girang hati,lalu mennghormat dan menyampaikan maksud kedatangannya ke Puri serta menanyakan di mana ayahandanya.Ki Lukung Sakti menceritakan bahwa ayahannda sedang tidur di peraduan, dan tidak berkenan membangunkannya. Oleh karena ayahandanya dalam keadaan tidur lelap.Mekel Gebangan menyampaikan maksud kedatangnya adalah untuk menyampaikan surat.Surat itu agar disampaikan kepada ayahandanya.
Selanjutnya Mekel Gebagan mohon pamit .Dengan tergesa-gesa dan sambil berlari-lari kecil manuju ke luar desa,entah kemana .Sepeninggal Ki mekel Gebagan,Ki Agung Pangeran Tangkas telah bangun dari peraduannya,kira-kira pukul dua sore. Pada saat itu putranya menyampaikan surat yang dititipkan Ki Mekel Gebagan kepada ayahandanya.Pangeran tangkas membuka surat itu dan langsung dibacanya. Setelah membaca dan memahami maksud surat yang di kirim oleh Ida dalem.Seketika itu juga wajah beliau menjadi muram,seperti bunga pucuk merah yang sedang diremas,betapa marah dan dukanya beliau. Agak lama beliau merenungkan maksud surat serta berpikir tentang kesalahan apa yang telah diperbuat oleh putranya selama ini.Pikiran beliau gundah gulana.
Sebaliknya putranya Ki Lukung sakti menjadi heran tatkala menyaksikan kesedihan ayahnya,lalu memberanikan diri untuk bertanya,apa yang menjadi sebab kesedihan yang secara tiba-tiba dialami olah ayahandanya.
Dengan senyum pahit yang dipaksakan Ki Pangeran Tangkas dengan suara memelas beliau berusaha bersabda dengan disertai cucuran air mata karena kasih sayangnya beliau kepada putra yang satu-satunya ini.Dengan suara yang menyayat hati disampaikan isi surat pemberian Dalem Segening kepada putranya.
Wahai anakku Ki Lukung Sakti I Dewa,alangkah amat sedih hatiku memikirkan nasibmu. Hanya nandalah satu-satunya keturunanku.Berdasarkan isi surat Dalem Segening yang disampaikan oleh utusan itu,…”barangsiapa yang menyampaikan surat  Dalem kepadaku,haruslah dibunuh,karena dosanya amat besar terhadap negara.Apabila ayahanda minta ampuman beliau,maka sebagai sangsinya ,tidak urung semua keturunan Tangkas akan dimusnahkanoleh Ida Dalem.
Demikianlah setelah mendengar isi surat Sang Prabu yang demikian tegas,lalu ki Lukung Sakti berpikir sejenak hatinya sangat bingung,linglung tanpa daya upaya,harus berbuat apa,sebagaiseorang yang mengindahkan tata susila sebagai suputra yang baik,haruslah melaksanakan apa yang dititahkan karena diyakini pasti ada sebab akibatnya,dan keputusaanya ia rela menjalani hukuman mati.
Oleh karena barangkali sudah takdir para leluhur bahwa tidak akan luput dari peristiwa kematian maka saat itu juga ki Pangeran Tangkas menghunus keris.Putranya Ki Lukung sakti menyadari akan dibunuh lalu beliau menyucikan diri seperti pelaksanaan menyucikan orang mati,sesudah selesai diupakarai lalu beliau menyembah ayandanya.Selanjutnya ki Pangeran Tangkas melaksanakan tugasnya,maka dibunuhlah putra satu-satunya itu di Balai Sumanggen.
Sesudah Ki Lukung Sakti menghembuskan bafasnya Ki pangeran Tangkas jatuh tersungkur sambil memeluk jenazah putranya itu,Betapa amat sedih hati beliau manakala melihat jazad putranya, seperti layaknya orang tidur nyenyak.Seperti halilintarpada sasih kapat,gemuruh isak tangis dari kaum keluarga ,kerabat kepatihan tidak dapat dibendung.ki Pangeran tangkas memeluk mayat putranya seperti tak akan dilepaskan.demikianlah seluruh warga kepatihan dirundung duka nestapa.Tidak diceritakan berapa lama kesedihan itu berlangsung.
Diceritakan di Kedatuan Swecapura,utamanya beliau Ida Dalem Segening sudah pula mendengar prihal kekeliruan pelaksanaan titah Dalem oleh Ki Pangeran Tangkas,bahwa surat itu telah menimbulkan salah pengertian.Yang mestinya dihukum mati adalah Ki Mekel Gebagan pembawa surat.Atas kekeliruan itu timbulah rasa kasih sayang beliau Dalam Segening.Beliau ingin menganugerahkan balas jasa pada Ki Pangeran Tangkas akan kesetiaannya di samping keinginan beliau untuk menghibur hati Ki Pangeran Tangkas kembali seperti dahulu kala.Bagaimana cara Sang Prabu memberikan balas jasa itu ?
Beginilah cara beliau. Adalah salah seorang permaisuri Dalem Segening keturunan dari Pradesa Sukahet, parasnya sangat cantik,ayu dan dalam keadaan sedang garbini.Beliaulah yang akan dianugrahkan Dalem Segening dengan dikandung maksud akan dapat menyambung keturunan dalam keluarga Ki Pangeran Tangkas. Maka atas titah Dalem,Ki Pangeran Tangkas menerima untuk dinikahkan dengan permaisuri  I Gusti Ayu Manik Mas  (I Gusti Ayu Sukahet),lalu diupacarai dengan upacara Widi Widana sebagaimana mestinya,disertai tata upacara perkawinan layaknya Sang Ksatriya. Ada permintaan Dalem agar mempelai memegang janji, bahwa mempelai tidak diijinkan mengadakan hubungan alaki rabi (seksual) selama Sang Istri dalam keadaan hamil. Ada dikandung maksud agar putra yang lahir kelak menjadi sempurna.Oleh karena putra yang akan lahir itu adalah hasil hubungan  Ida Dalem Segening. Ki Pangeran Tangkas yang dititahkan itu tidak menolak.Selang berapa lama setelah perkawinan itu,karena kandungan Sang Permaisuri  sudah waktunya,maka lahirlah bayi laki-laki yang sangat sempurna serta sangat tampan berwibawa cukup besar.
Sebagai ciri bahwa ibunya berasal dari keluarga Sukahet,maka anak itu diberi nama I Gusti Pangeran Sukahet.Diceritakan betapa gembiranya hati Ki Pangeran Tangkas, lalu putranya itu diupacarai seperti halnya upacara pemerasan,agar dikemudian hari berhak untuk mewarisi tugas dan kewajiban ayahandanya sebagai kestria terkemuka menjaga keselamatan negara serta mengembangkan keturunan keluarga Tangkas.
Sesudah umurnya cukup dewasa,I Gusti Pangeran Sukahet kelak diberi gelar oleh Dalem,Ki Bendesa Tangkas Kori Agung. Apa sebabnya ia diberi gelar demikian,beginilah keadaannya.Yang disebut Bendesa adalah Banda dan Desa adalah sebutan orang terkemuka yang mengatur pemerintahan di suatu wilayah. Tangkas artinya bahwa beliau adalah sebagai putra keturunan Ki Pangeran Tangkas,Kori Agung berasal dari kandungan yang diperbuat oleh Dalem Segening. Demikianlah asal-usul agar diketahui oleh keturunannya. Cerita dialihkan,tidak diceritakan bagaimana keadaan Ki Pangeran Tangkas yang amatlah girang hatinya, mana kala kawin dengan Sang Putri I Gusti Ayu Sukahet.Entah berapa lama,maka lahirlah seorang putra lagi seorang bayi perempuan yang amat cantik dan diberi nama Luh Tangkas,mengambil nama ayahanda.Setelah dewasa lalu dikawinkan dengan misannya Ki Pasek Gelgel  sebagai sentana Ki Pangeran Tangkas,untuk meneruskan keturunan Tangkas.Berhenti sejenak.
Tersebutlah beliau I Gusti Ngurah Mambal,putra dari I Gusti Kaler ,bersama beliau I Gusti Pangeran Sukahet sudah meningkat dewasa. Amatlah khawatirnya hati I Gusti Kaler dan juga beliau Dalem Segening.Ada rasa takut beliau berdua apabila kelak I Gusti Pangeran Sukahet bersama I Gusti Ngurah Mambal,diperkirakan akan menuntut warisan atau bukti kehadapan beliau Dalem Segening,karena keduanya berasal dari warih Ida Dalem.
Hal itu menyebabkan beliau berdua mencari jalan keluarnya.Satu-satunya jalan mereka berdua dititahkan untuk menjaga keamanan di pesisir barat diperbatasan wilayah Kedatuan Mengwi.Di sanalah agar mereka berdua membangun wilayah pedesaan di dekat desa yang bernama Batu Engsut (Baturening),adapun Ki Pangeran Sukahet agar melanjutkan perjalanan karena sudah direstui oleh Ki Pangeran Tangkas dan mohon diri akan melaksanakan titah Ida Dalem Segening sesuai petunjuk Dalem agar beliau menetap membangun desa sebagai pemimpin di sekitar wilayah pedesaan Giri Ayung,hal ini terjadi pada tahun Caka 1181,dan diberi gelar oleh Ida Dalem Segening ,Ki Bendesa Tangkas Kori Agung  .Ada pesan Ida Dalem Segening kepada Ki Bendesa Gerih agar membangun hutan belantara di sebelah barat desa sebagai batas wilayah Kedatuan Mengwi  dan digunakan sebagai tetelik atau tempat sembunyi manakala diserang oleh musuh pada saat perang.Bet Dalem namanya.
Berdasarkan titah Dalem Segening ,maka dibangunlah hutan lebat yang kelak diberi nama Bet Dalem (Bobot Dalem) artinya orang yang memerintah pradesa itu berasal dari kandungan yang dimiliki oleh Dalem Segening sampai masa yang akan datang. Ki Bendesa Gerih pada saat melaksanakan titah Ida Dalem Segening,diserahi prakanti dua ratus dua puluh (220)orang yang berasal dari keturunan: Pasek Gadung,Pasek Gelegel,Pande Angan Telu,dan Temesi serta didampingi Brahmana Pada untuk menjaga dan memelihara keselamatan beliau.Dalam perjalana diceritakan keturunan Pasek Gaduh atas perkenan Ki Bendesa Gerih sebagian menetap di desa Song Manah ( Semana ).
Prihal orang yang membina dharma agama,maka beliau berpedoman pada Tri Hita Karana,maka beliau membangun Sanggar Kamimitan beserta kelengkapannya sebagai manisfestasi linggih Ida Betara Kawitan  tempat pemujasan sekuwub kulawarga Ki Bendesa Gerih yang diberi nama Pura Dalem Bagendra Sari beserta taman bejinya.Jumlah Pengemong Pura Dalem Bagendra Sari ketika itu sebanyak dua ratus sembilan puluh (290) orang yang bermukim di sekitar wilayah Giri Ayung ( Desa Gerih sekarang ).
Setelah lengkap serta sempurna mengenai tatacara orang membangun desa pekraman maka hal pertama bagi Ki Bendesa Gerih adalah membangun Pura Kayangan Tiga,sebagai tempat penyiwian bagi krama desa pekraman. Serta dibangun pula Pura –pura lainnya.Antara lain Kahyangan Jagat ,Pura Taman Langse tempat penyucian Pralingga,Pura Penghulu,Pura Hulun Siwi,Pura Penunggu,pura yang disiwi oleh yang jumlahnya lebih dari pada kewajiban krama desa pekraman.
( Terjemahan Babad Ki Bendesa Gerih,diterjemahkan oleh Drs.I Wayan Meti ,Dinas Perpustakaan Kab.Badung) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tri Hita Karana, tiga hal pokok penyebab kita hidup berbahagia.