Cari Blog Ini

Kamis, 21 Januari 2010

Ki Gusti Gede Bendesa Gerih Menerima Mandat Dari Ida Batari Dewi Danu

Tersebutlah sebuah Danau yang sangat indah.Danau diapit dua buah bukit.Bukit Macan dan Bukit Puncak Mangu terletak di daerah pariwisata Bedugul,Bali. Disamping indah,juga menyimpan banyak legenda sejarah Bali Purba. Sore itu seorang Wong Samar (makluk halus) sedang meniknati panorama Danau Beratan. Dari pakaiannya orang dapat menerka beliau adalah Ki Jagul Tua,raja diraja Wong Samar penguasa Sungai Ayung.Kedatangannya ke Danau Beratan,adalah melepaskan lelah dari perjalanan jauh.

Ketika Ki Jagul Tua istirahat di tepi danau, Ida Batari Dewi Danumelihatnya.Ida Batari Dewi Danu menghampiri Ki Jagul Tua,seraya bersabda, “ Ih Paman Ki Jagul Tua,mengapa ada disini?” Apakah Paman menghadap saya?” Lalu Ida Batari Dewi Danu bersabdanya,”..kebetulan Paman datang menghadap,ada yang ingin saya titipkan kepada Paman. “Maafkan hamba Ratu,kebetulan mampir disini. Apa yang Paduka titipkan,segera katakan”.”Ini Paman.Tolong sampaikan Manik Sekecap ini kepada Ki Gusti Gede Bendesa di Gerih”. Manik Sekecap semacam “jimat”untuk para pemimpin dikala itu. Manik artinya “inti”,sekecap artinya “mumpuni dalam ucapan” . “Paman ini ‘ kulit kepala ikan gabus’berikan kepada Ki Gusti Gede Bendesa di Gerih,agar dapat segera membangun Pura Kayangan dan membangun wilayahnya”. Ki Jagul Tua segera menyembah,”Ya Nyi Ratu, hamba segera laksanakan, ijinkan hamba mohon panit”. “Silahkan Paman”,sahut Ida Batari Dewi.

Ki Jagul Tua,bergegas menuju Puri Cungkub Manik di tepi Sungai Ayung,dekat Song Naung. Tiada berapa lama,sampailah Ki Jagul Tua di Purinya. Ditimangnya “manik sekecap”itu,dan berguman, Kulit Hulu Kepala Gabus ini, tak akan aku sampaikan kepada Ki Gusti Bendesa Gerih.Biarlah aku mengambilnya agar aku kaya raya.Kalau diberikan kepada Ki Gusti Gede Bendesa Gerih,pastilah ia kaya raya. Biarlah aku mengambilnya.Dicobanya keampuhan manik sekecap itu,dengan meninta agar Purinya bertahtakan mutumanikam. Dan berhasil.Puri Cungkub Manik, Puri termegah di dunia “Wong Samar”

Tersebutlah Ki Bendesa Gerih,setelah bekerja membangun desa bersama krama,ia selalu meluangkan waktunya mengail di tepian Sungai Ayung. Memancing adalah kegemarannya.Berangkatlah Ki Bendesa menuju Tibu Beneng.Dan melepaskan pancingnya ke sungai.Tiada berapa lama,umpannya dimakan ikan Julit besar.Tapi sayang pancingnya terputus oleh ikan itu.Dicobanya dengan pancing lain, putus lagi. Betapa malang nasibku,gumannya,dan haripun menjelang malam. Akhirnya ia pulang .Di tengah jalan ia bertemu orang tua. Jero Bendesa ,ganti pancingmu dengan bahan gigi cangkul. Dan orang itupun ngeloyor pergi. Sampai di rumah dikerjakannya apa yang disampaikan orang tua tadi. Dan pancing yang ke 108 buah itupun jadi.

Sore itu cuaca taram temaram.Dilemparnya mata kailnya di Tibu Beneng kembali.Tak berapa lama pancingnya ditarik oleh ikan julit besar. Ditariknya dengan cermat,dan ikan itupun dapat ditangkapnya.Ditaruhnya ikan itu di atas batu pipih yang besar. Ketika akan mengambil pisau kekil untuk menusuk leher ikan itu,tiba-tiba terdengarlah suara orang . “Mohon apun Jero Bendesa,kasihanilah hamba,hamba jangan dibunuh”. Ternyata suara itu berasal dari ikan Julit yang ditangkapnya itu. Dan…segera ikan itu dilepaskan dari mata kail yang menancap dikerongkongannya .Atas budi baik Ki Bendesa,seluruh warga Makluk Halus di tepi Sungai Ayung ini,akan menjadi pengikut yang setia. Dan diberikannya bulu ayam putih kepada Ki Bendesa Gerih,agar datang ke rumahnya,lemparkan bulu ayam i ke pusaran Tibu Beneng.Apabila berputar-putar berceburlah ke dalamnya.

Singkat cerita Ki Gusti Gede Bendesa Gerih pulang,minta ijin pada anak dan istrinya,bahwa beliau akan bepergian selama tiga hari. Bertepatan Tilem Kepitu,berangkatlah Ki Bendesa Gerih menuju tepi Tibu Beneng. Bulu ayam dilempar dan bulu itu berputar-putar ke pusaran air.Ia terjun ke dalam air.Tiba-tiba alam berubah menjadi perkampungan indah,dengan rumah-rumah yang megah.Ia menuju dagang nasi dan bertanya,”Jero dimana rumahnya Ki Jagul Tua ?” Dagang nasi mengantar Ki Bendesa Gerih menuju Puri yang sangat megah. Dalam perjalanan Nyi Dagang Nasi berpesan,”Jero Bendesa Gerih,apabila diberi oleh-oleh mas,selaka,perak jangan mau,mintalah Kulit Kepala Gabus .Itu saja jangan yang lain. Dagang Nasi minta diri.Dan Ki Bendesa Gerih langsung disapa oleh Ki Jagul Tua. Ki Bendesa Gerih tercengang melihat banyak orang sakit kena pancing.Dan Ki Jagul Tua minta tolong untuk mengobatinya. Setelah diberi air maka semua sehat kembali. Setelah berbincang-bincang,akhirnya Ki Bendesa Gerih mohon pamit. “Ki Bendesa,apa yang Anda minta pada hamba sebagai balas budi ,mintalah, disini banyak emas,dan yang lainnya”,sapa Ki Jagul Tua. Akhirnya ki Bendesa Gerih hanya minta Kulit Kepala Gabus saja. Dengan berat hati akhirnya diberikan oleh Ki Jagul Tua,karena itu memang miliknya titipan dari Ida Batari Dewi Danu.

Sampai di rumah .Dicobanya manik sekecap itu,dengan memohon rumahnya agar menjadi Puri yang megah.Minta harta berana. Minta agar perompak yang mengacau wilayahnya tidak berani lagi,dan banyak lagi. Semuanya tercipta dengan menakjubkan.

Alkisah Ki Gusti Bendesa Gerih menjadi pemimpin yang mumpuni.Banyak Pura Kayangan didirikan,dan beliu akhirnya menjadi regen di Tegal Lumbung,dengan banyak kisah kesaktiannya yang sangat menakjubkan dan melegenda di masyarakat luas.

Kekayaan dan kejayaan Ki Gusti Gede Bendesa Gerih,didengar oleh Ki Gusti Ngurah Mambal. Beliau heran darimana kekayaanya itu. Lalu dicarinya informasi melalui Ni Gusti Ayu Rukmini,salah seorang putri Ki Bendesa Gerih. Dan disampaikannya bahwa ayahandanya memiliki Manik Sekecap.

Dari informasi itu, Ki Gusti Ngurah Mambal, bermaksud meminang Ni Gusti Ayu Rukmini.Melalui putrinya itu,memungkinkan Manik Sekecap itu berpindah ketangannya melalui cucunya kelak. Berdasarkan daya upayanya,maka Ni Gusti Ayu Rukmini putri Ki Bendesa Gerih dipinang. Dan disepakati antara kedua belah pihak,maka suatu hari bersiaplah Ki Gusti Ngurah Mambal bersama kerabatnya ke Puri Ki Bendesa Gerih.

Ketika itu hujan sangat lebat,sungai Ayung meluap kebanjiran.Ki Ngurah Mambal tak dapat menyeberangi sungai.Maka oleh Ki Bendesa Gerih,Kulit Kepala Gabus itu di celupkan ke dalam air,dan airpun berbalik kehulu sungai. Upacara pinanganpun berhasil. Singkat cerita,kelak Kepala Ikan Gabus itu diberikan kepada cucunya. Dan Manik Sekecak itu diambil kembali oleh Ida Batari Dewi Danu,ketika I Gusti Ngurah Mambal Dimade cucunya mencuri air Danau Beratan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tri Hita Karana, tiga hal pokok penyebab kita hidup berbahagia.