Cari Blog Ini

Selasa, 10 Mei 2011

Membaca Bhagawad Gita Sama dengan Sembahyang

Oleh I Ketut Wiana
Adhyesyate ca ya imam
dharmyam samvadam avayoh
jnyanayadnyena tena'ham
istah syam iti me matih
.
(Bhagawad Gita XVIII.70).
Maksudnya: Dia yang senantiasa membaca percakapan suci kami ini (Bhagawad Gita) Aku anggap dia menyembah Ku dalam wujud Jnyana Yadnya (Yadnya dengan ilmu pengetahuan).
TRADISI membaca pustaka suci Bhagawad Gita nilainya sama dengan sembahyang memuja Tuhan. Setiap hari membaca Bhagawad Gita itu adalah sebagai suatu yadnya yang disebut Jnyana Yadnya. Apa yang dinyatakan dalam pustaka suci Bhagawad Gita itu adalah sabda Tuhan yang maha suci dan indah. Keindahan susunan kata-kata dalam hagawad Gita itu adalah bukan keindahan yang kosong atau keindahan hanya untuk keindahan. Keindahan kata-kata yang tersusun menjadi syair-syair sakral itu adalah keindahan untuk mengalirkan nilai-nilai kebenaran Weda sabda Tuhan kepada umat yang mau meyakini dan mendalaminya.
Demikian juga kalau syair suci Bhagawad Gita itu dikidungkan dengan Metrum Anustup. Syair Sansekerta dengan jumlah delapan suku kata umumnya tergolong metrum atau sejenis wirama yang tergolong anustup. Tidak banyak syairnya sampai sebelas suku kata yang tergolong tristup. Kalau tepat caranya melantunkan syairnya sebagai nyanyian suci, hal itu akan dapat menggetarkan daya spiritualitas. Memang tujuan Bhagawad Gita disampaikan pada Arjuna untuk membangkitkan kesadaran Arjuna dari keragu-raguan menghadapi Brata Yuda. Artinya kata-kata suci yang dirangkai menjadi syair-syair indah itu dapat menggetarkan hati nurani pembacanya sehingga muncul pikiran yang cerah dan mendalam.
Dengan aluran lagu suci dengan metrum anustup itu dapat menyejukan hati. Kondisi alam pikiran seperti itu akan dapat menghapus keragu-raguan dalam hidup. Dalam Bhagawad Gita IV.40 ada dinyatakan bahwa dunia ini bukan untuk mereka yang ragu-ragu. Munculnya keragu-raguan itu karena struktur alam pikiran tidak normatif. Idealnya struktur alam pikiran adalah indria yang sehat sempurna berada dibawah kendali pikiran (manah). Sedangkan pikiran yang cerdas berada dibawah kendali kesadaran budhi.
Dengan struktur yang demikian itu kesucian atman akan terpancarkan mewujudkan alam pikiran yang cerah. Selanjutnya kesucian atman pun akan mencerahkan kesucian pikiran, perkataan dan kebenaran perbuatan. Tujuan membaca dengan berulang-ulang sloka demi sloka Bhagawad Gita atau syair suci sabda Sri Krisna ini untuk menghilangkan keragu-raguan dalam hidup (samsya tma vinasyati). Menghilangkan keragu-raguan itu tidaklah gampang. Membutuhkan usaha yang terus menerus melakukan pencerahan diri.
Salah satu caranya denga terus menerus membaca pustaka Bhagawad Gita ini dan juga pustaka suci Hindu yang lainnya. Membaca-baca pustaka suci setiap hari terutama Bhgawad Gita adalah tergolong Resi Yadnya. Dalam Agastya Parwa dinyatakan sbb: ersi yadnya ngaranya kapujan sang pandita muang sang wruh ring kalingganing dadi wang. Artinya: Resi yadnya namanya berbakti pada Sang Pandita dan orang yang paham akan hakekat jadi manusia. Mengenai teks yang menyatakan: muang sang wruh ring kalingganing dadi wang, menurut pemahaman Prof. Dr. Ida Bagus Mantra bahwa teks tersebut harus diterjemahkan dengan setiap hari membaca teks-teks kitab suci seperti Bhagawad Gita ini sebagai bentuk bhakti kita pada Tuhan dan para Resi yang menyampaikan sabda Tuhan tersebut kepada umat.
Para resilah yang menyebarkan dengan cara-cara yang amat bijak sabda suci Tuhan itu pada umat manusia. Berbakti pada para Resi tersebut dengan ikut menyebarkan ajaran suci itu setidak-tidaknya pada diri kita sendiri terlebih dahulu. Setelah kita tidak ragu-ragu lagi dalam menjalani hidup ini barulah kita akan mantap menyebarkan kebaikan itu pada lingkungan sosial yang lebih luas. Menyebarkan ajaran suci yang terdapat kitab suci tergolong jnyana yadnya. Melakukan yadnya dengan jnyana nilainya dinyatakan lebih mulia dari Yadnya dengan harta benda.
Demikian dinyatakan dalam Bhagawad Gita IV.33. jnyana itu adalah ilmu pengetahuan suci yang dapat memberikan kesadaan rohani. Kehidupan duniawi ini akan menjadi cerah untuk memperoleh kebahagiaan apabila dikendalikan oleh kesadaran rokhani. Dari kesadaran rokhani tersebutlah berbagai dinamika hidup di bumi ini dapat diarahkan menapaki tahapan hidup Catur Asrama mencapai tujuan hidup yang disebut Catur Purusa Artha.
Membaca sloka demi sloka pustaka Bhagawad Gita sama dengan sembahyang. Hal ini tentunya jangan dibuat berdikotomi antara sembahyang dan membaca sloka Bhagawad Gita. Sembahyang dan membaca sloka tersebut seyogianya dipadukan sehingga memberi manfaat lebih dalam. Puja, japa dan seva dalam menghadapi kali yuga ini akan lebih efektif kalau didahului dengan membaca sloka Bhagawad Gita. Zaman kali prioritas beragama ditekankan pada puja artinya berbakti pada Tuhan.
Japa artinya mengucapkan mantram Weda dengan berulang-ulang. Dalam Sarasamuscaya 369 ada dinyatakan: palawuywa luyning kojaran sang hyang mantra japa ngaranya. Artinya: mengucapkan mantra dengan berulang-ulang itu japa namanya. Dengan membaca sloka-sloka Bhagawad Gita dengan sikap bhakti itu juga tergolong Japa. Hal itu di samping memberikan kita pengetahuan yang diutarakan dalam sloka-sloka Bhagawad Gita, sekaligus nilai spiritualnya kita akan dapat raih tahap demi tahap. Hal inilah yang menyebabkan nilai berulang-ulang membaca Bhagawad Gita setara dengan sembahyang.
Pencerahan demi pencerahan akan diraih kalau sloka-sloka Bhagawad Gita itu dibaca berulang-ulang. Apa lagi membacanya itu dengan sistem berkelompok disamping secara sendiri. Dengan berkelompok setiap sloka yang dibaca di dharma tulakan dengan renungan mendalam. Sloka-sloka Bhagawad Gita itu banyak juga kaitannya dengan ceritra Itihasa dan Purana. Cerita itihasa dan purana ada beberapa episodenya menjadi latar belakang perayaan hari raya Hindu di India maupun hari raya Hindu di Bali. Apalagi karya sastra Jawa Kuno memiliki keterkaitan dengan Bhagawad Gita tersebut. Pencerahan jiwa, ilmu pengetahuan dan keindahan yang akan didapatkan dengan membaca sloka-sloka Bhagawad Gita itu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tri Hita Karana, tiga hal pokok penyebab kita hidup berbahagia.